Langsung ke konten utama

tinjauan masalah nur

TINJAUAN MASALAH NUR
1.      AT TAHRIM 8
Hai orang-orang yang beriman taubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengan dia, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan “ya Tuhan kami sempurnakan bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu”.
2.      HR IBNU ABAS → Nabi SAW bersabda:
LIKULLI SYAIIN SHIQOLUN WASHIQOLUL QOLBI DZIKRULLOHI TA’ALA.
(Tiap sesuatu ada alat pembersihnya dan yang membersihkan HATI adalah dzikir kepada Allah)*
*Hal ini merupakan suatu proses, bilamana Allah menghendaki seseorang yang senantiasa dzikir kepada Allah, Allah akan memberikan kepadanya suatu karunia, sehingga hatinya akan menjadi bersih, berkilauan dan terang benderang.  Dengan kondisi hati yang begitulah Hati akan dapat menampung/menerima Pancaran Nur ILLAHI.
3.  AN NUUR 35
Allah (pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dari pohon yang banyak berkahnya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur, dan tidak pula disebelah baratnya, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api.
Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis). Allah membimbing kepada cahayaNya siapapun yang DIA kehendaki. Dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan ALLAH Maha Mengetahui segala sesuatu.
4.      Tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang yang mendapat Hidayah dianugerahi suatu Karunia, sehingga yang bersangkutan tanpa melalui proses panjang dapat membersihkan dan mensucikan Hati orang lain menjadi terang berkilauan tidak ada dasar hukum).
5.      Ada kalanya orang dengan berbekal NIAT yang menggebu-gebu ingin mempelajari/mendalami ilmu kebatinan atau spiritual/metafisik. Diapun melakukan pengembaraan, menjelajahi tempat-tempat yang bermukim seorang ulama atau syech, atau Kiayi atau Eyang yang dianggap mempunyai Ilmu Tinggi dan Ridlo untuk membimbingnya (dijadikan murid).
Kemudian pembimbing (guru) menggembleng si murid melalui laku atau tirakat sesuai dengan alur ilmunya.
Siang hari berpuasa dan pada malam hari wiridan/dzikir amalan tertentu yang jumlahnya ribuan kali.
Langkah demi langkah murid harus menjalani amanat dan taklik pada guru apa-apa yang harus dijalankan dan apa-apa yang harus dihindari.
Pada akhirnya dengan penuh kesungguhan murid dan dengan dorongan/do’a guru, Allah dengan RohmanurRohim, menganugerahkan/mengabulkan apa yang dimaui si murid yaitu ilmu (Al ilmu Nuur).
Dengan ilmu seseorang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil, dengan ilmu itu pula orang dapat membedakan halal dan haram dan bahkan dengan ilmu orang dapat menyeruak kedalam pikiran orang, dapat menembus kegelapan dan dapat mengetahui apa yang ada dibalik dinding.
Begitulah kehebatan ilmu kebatinan atau spiritual Karena ilmu kebatinan/spiritual berwujud/berciri khas sebagai Nur (Al ilmu Nur) yang sangat luar biasa dan menakjubkan.

POKOK BAHASAN
HR ZUBIR dan ZURKONI → Nabi SAW bersabda:
“Abad yang sebaik-baiknya adalah abad ku ini, kemudian abad berikutnya, kemudian abad berikutnya”
Hadits diatas adalah menekankan pada masalah AQIDAH atau TAUHID, yang sesuai dengan kemurniannya adalah TAUHID pada abadnya Rosul dan para sahabat, abadnya tabiin dan abadnya TABIUT TABIIN (3 abad)
Sedangkan abad berikutnya adalah abad dimana akidah atau Tauhid telah mulai terkontaminasi dengan penyimpangan-penyimpangan.
Sejenak kita renungkan, kalaulah abad yang sesuai dengan sabda Nabi SAW, hanya 3 abad bagaimana dengan abad-abad berikutnya, apalagi kita umat telah ditinggal Nabi SAW belasan abad.
Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam abad ini banyak orang-orang yang mencari ilmu, menuntut ilmu dengan berguru pada seorang ulama, syech, kiyai atau ustad.
Dengan berbekal niat yang kuat  dan dengan dorongan/doa guru, Allah yang bersifat ROHMANURROHIM memenuhi keinginan orang itu.
Tetapi kalau hal itu kita pertanyakan, apakah benar ilmu yang dimilki sesuai dengan ilmunya Allah (ilmu yang Haq). Dalam kenyataan memang si guru memerintahkan murid untuk di siang hari, mewirid/berzikir dari ayat-ayat Al-Qur’an atau dari solawat tertentu pada malam hari, yang jumlahnya ratusan dan bahkan ribuan kali.
Kalaulah dia berhasil menguasainya, maka dia memiliki pembimbing → yaitu Khodam (pendamping), atau saudara bathin atau saudara kembar, yang memberikan petunjuk dan informasi yang diluar nalar manusia.
Seandainya ilmu yang dia miliki kita pertanyakan:
a.      Apakah ilmu yang dimilikinya sudah sejalan dengan ilmunya Allah, apakah sudah sesuai dengan Al Qur’an, apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam sebagai satu-satunya agama fitroh (surat AR RUM 30).
b.      Apakah ilmu yang dimiliki itu (qodam, saudara bathin atau saudara kembar) yang senantiasa memberikan petunjuk dan informasi sepanjang hidupnya, dapat juga mendampingi, memberi petunjuk/jalan dimana kita akan kembali kepada Alloh (AL AN”AAM 94).
Oleh karena itu marilah kita semua menanyakan kepada hati nurani kita masing-masing, jadikan AKAL yang merupakan karunia Alloh sebagai pertimbangan dan carilah Ahlinya sebagai pembuka jalan. Karena pada dasarnya manusia secara kodrat dan irodat adalah orang yang bodoh (AL AHZAB 72).
Kembali pada permasalahan NUUR (Cahaya).
Memang ada orang yang dianugerahi Alloh suatu ilmu yang halus dan tajam. Sehingga dengan ilmunya itu dia dapat dan mampu menyeruak kedalam dada seseorang dan dia dapat melihat dalam dada orang itu terdapat pancaran Cahaya/Nur yang bersih dan terang benderang/berkilauan. Dari dasar penglihatan dan pengetahuan tentang NUR yang dia miliki, dia pun berkata bahwa NUR yang anda miliki, dia pun berkata bahwa NUR yang anda miliki sudah benar dan itulah Nur kesucian. Andaikata Nur yang dia katakan itu Nur yang benar atau yang Haq, maka masih perlu pertanyakan lagi kepastian dan kebenaran dari ucapan/perkataan ybs:
1.      Sampai sejauh mana kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat mendeteksi dan menentukan kebenaran suatu Nuur yang ada dalam dada seseorang, atau dengan perkataan lain apakah dengan ketajaman penglihatan mata batinnya, yang bersangkutan dapat membedakan diantara pancaran-pancaran Nuur tersebut. Salah satunya adalah pancaran Nuur yang hakiki. Darimana sumber pancaran tersebut. Apakah dari angka 1, 2, 3, 4 atau dari angka 5.

2.      NUURUN ‘ALA NURIN (dalam surat AN NUUR 35) akan membimbing NUUR yang hakiki tersebut kepada kebenaran yang hakiki. Hal ini tentunya akan melalui proses panjang. Yang perlu mendapat petunjuk dalam proses panjang tersebut adalah upaya atau kiat apa yang perlu diambil untuk melalui maqom demi maqom hingga sampai pada kebenaran yang hakiki dimaksud.


3.      Surat AN NUUR 35 (NURUN ‘ALA NURIN) akan membimbing Nur yang hahiki dari seseorang kedalam suatu Kondisi, yaitu suatu kondisi yang menjadi dambaan semua hamba Alloh, yang tentunya sesuai dengan firman Alloh. Untuk itu perlu adanya petunjuk dari orang mengetahui untuk menunjukkan surat apa dan ayat berapa yang menerangkan tentang Kondisi yang sangat didambakan oleh semua hamba Alloh tersebut.
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

https://www.google.com/amp/s/banten.antaranews.com/amp/berita/47468/pengamat-tekankan-mental-spritual-perlu-diperkuat-cegah-perilaku-seks-bebas